Jatmika, pemimpin Yayasan Bambu Indonesia, mengungkapkan, "37 jenis bambu di Jawa Barat kini sangat langka. Sudah sulit untuk ditemukan. Padahal dulu tersebar luas."
Ia mengungkapkannya Kamis (13/1/11) dalam acara penandatanganan nota kesepahaman program konservasi bambu oleh Yayasan KEHATI dan Alstom Indonesia, didukung oleh Yayasan Bambu Indonesia.
"Salah satunya adalah bambu eul-eul. Orang Sunda percaya, bambu ini bisa mengobati 41 macam penyakit. Bahan obatnya bisa meresap hingga saraf dan sumsum tulang," kata Jatmika.
Jenis bambu lain yang sudah tergolong langka adalah bambu tutul. Diameter bambu ini lebih kurang 9 cm. Uniknya, bambu ini memiliki warna kuning emas dan tutul (bercak) hitam.
"Tutulnya itu kan membuat bambu tutul itu punya nilai estetik. Jadi bisa dipakai untuk bahan baku furnitur. Rantingnya saja bisa dimanfaatkan sebenarnya," kata Jatmika.
Sementara itu, bambu galuh, betung wulung, bambu tamiang, dan haur gereng adalah jenis-jenis lain yang tergolong langka. Dua jenis terakhir dikatakan Jatmika punya khasiat obat.
Jatmika mengatakan, penyebab kelangkaan ialah konversi lahan menjadi permukiman penduduk. Selain itu, juga adanya anggapan bahwa bambu adalah tanaman liar yang bebas dieksploitasi.
Upaya konservasi bambu mesti dilakukan. Menurut Jatmika, konservasi bambu tidak hanya akan memberi manfaat ekologis, tetapi juga ekonomis.
Yayasan Bambu Indonesia secara aktif telah melestarikan dan mengembangkan manfaat bambu. Ragam jenis bambu dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan hingga komponen utama rumah.
"Orang Sunda percaya, bambu eul-eul bisa mengobati 41 macam penyakit. "